Ibadah yang merupakan rukun Islam
kedua ini memang salah satu bagian dari agama Islam yang amat mendasar.
Meskipun pembahasan tentang ibadah shalat cukup banyak beredar
dimasyarakat. Namun yang praktis dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah
Saw sulit didapatkan.
Terinspirasi dari hadits Nabi Saw: “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku Shalat”.
yang kemudian menjadi salah satu prinsip dalam ibadah shalat, Maka buku
ini hadir sebagai Panduan Shalat Praktis, yang disusun sesuai dengan
Sunnah Rasulullah Saw yang shahih,
Semoga kehadiran buku ini dapat menjadi
pegangan bagi kaum muslimin dalam melaksanakan ibadah kepada Allah
SWT, yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw.
PENGERTIAN SHALAT
Menurut bahasa shalat berarti do’a atau rahmat. Sedangkan menurut istilah shalat adalah sebuah ibadah yang terdiri dari ucapan dan perbuatan tertentu yang dibuka dengan takbiratul ihram dan ditutup dengan salam. Sedangkan menurut ahli tasawwuf, shalat merupakan upaya menghadapkan hati kepada Allah subhanahu wa ta'ala,
hingga menumbuhkan rasa takut dan tunduk kepada-Nya, serta menumbuhkan
kesadaran akan keagungan dan kebesaran-Nya, serta kesempurnaan
kekuasaan-Nya.
KEDUDUKAN SHALAT
Di dalam Islam, shalat adalah amal
ibadah yang memegang peranan yang sangat vital dalam proses pengabdian
seorang hamba kepada Tuhannya, sehinngga shalat memiliki kedudukan yang
sangat istimewa untuk umat Islam, yakni antara lain:
- Shalat
merupakan ibadah yang pertama kali di wajibkan oleh Allah SWT, yang
perintahnya langsung diterima oleh Rasulullah saw pada malam Isra’
Mi’raj.
- Shalat merupakan tiang agama.
- Shalat merupakan amalan yang pertama kali di hisab (hitung) pada hari kiamat.
HUKUM MENINGGALKAN SHALAT
Bagi muslim yang sudah terkena kewajiban shalat karena sudah baligh (dewasa) dan berakal, kemudian meninggalkan shalat dengan sengaja, maka iya telah syirik dan kufur.
TATA CARA SHALAT WAJIB
Ada banyak hadits yang
menjelaskan tentang tata cara shalat secara lengkap, mulai dari berdiri
hingga akhir. Untuk menghindari penyimpangan (bid’ah) didalam
pelaksanaan shalat, maka disini akan dijelaskan tentang bagaimana tata
cara shalat Rasulullah saw.
Dari Malik bi Huwairis ra:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
“Rasulullah saw bersabda: Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”.
Dengan demikian mulai dari cara
berdiri, cara mengangkat tangan, cara meletakan tangan, cara ruku’, cara
sujud dan seterusnya sampai kepada salam, semuanya harus berdasarkan
pada cara shalat Nabi saw, sebagaimana yang diriwayatkan dalam
hadits-hadits yang shahih.
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
“Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu
akan diminta pertanggungan jawabnya.”
Menaati Rasululullah saw, berarti kita telah menaati Allah Swt. Karena Allah berfirman dalam Al Qur’an:
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ
“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah.
Adapun cara shalat wajib yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw, sebagai berikut:
1. Berdiri tegak menghadap kiblat dengan niat ikhlas karena Allah (tanpa melafadzkan kalimat "ushalli... dst" karena hal tersebut tidak ada dalilnya).
2. Bertakbir: Allahu Akbar seraya mengangkat kedua telapak tangan dan ibu jari mendekati telinga.
3. Bersedekap: Tangan kanan diletakkan pada punggung telapak tangan kirimu, serta pergelangan dan lengannya diatas dada, lalu menggenggamnya.
اللَّهُمَّ
بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى
الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ
بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
"Allaahumma
baa'id bainii wa baina khothaa-yaa-ya kamaa baa'adta bainal masyriqi
wal maghrib. Allaahumma naqqinii minal khothaa-yaa kamaa yunaqqats
tsaubul abyadu minad danas, Allaahummaghsil khothaa-yaa-ya bilmaa’i
wats-tsalji wal barod"
Artinya:
(Ya Allah, jauhkanlah antaraku dan antara segala kesalahanku, sebagaimana Kau telah jauhkan antara Timur dan Barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan sebagaimana dibersihkannya pakaian putih dari kotoran. Ya Allah, cucilah segala kesalahanku dengan air, salju dan air hujan beku).
Selain do’a diatas kita juga dapat juga membaca:
وَجَّهْتُ
وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا
مِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا
مِنْ الْمُسْلِمِينَ اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا
أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ
بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي
لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ
عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ
كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ
تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
"wajjahtu wajhiya lilladzii fathoros samaawaati wal ardha haniifan musliman wa maa anaa minal musyrikiin. inna sholaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi robbil 'aalamiin. Laa syariikalahuu wa bidziilika umirtu wa anaa awwalul muslimiin (wa anaa minal muslimiin). Allaahumma antal maliku laa ilaaha illa anta, anta rabbii wa anaa 'abduka, dholamtu nafsii wa'taroftu bidzanbii faghfirlii dzunuubii jami'an. Laa Yaghfirudz-dzunuuba illaa anta, wahdinii li ahsanil akhlaaqi laa yahdi li ahsanihaa iliaa anta. Washrif 'annii sayyi’ahaa laa yashrifu 'annii sayyi’ahaa illaa anta. Labbaika wa sa'daika wal khairu kulluhuu fii yadaika, wasysyarru laisa ilaika, Anaa bika wa ilaika, Tabaarokta wa ta'aalaita astaghfiruka wa atuubu ilaika".
Artinya:
(Aku hadapkan wajahku, ke hadapan yang Maha Menjadikan semua langit dan bumi, dengan tulus hati dan menyerah diri, dan aku bukanlah golongan orang-orang musyrik. Sungguh shalatku, 'ibadahku, hidup dan matiku adalah kepunyaan Tuhan yang menguasai semua alam, yang tidak bersyarikat, maka dengan demikian aku diperintah dan aku menjadi orang yang mula-mula berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Raja, yang tidak ada yang disembah melainkan Engkau. Engkaulah Tuhanku dan aku ini hamba-Mu, aku telah berbuat aniaya pada diriku dan mengakui dosaku. Maka ampunilah dosa-dosaku semua, yang mana tidak ada yang mengampuni dosa, selain Engkau. Dan berilah petunjuk-Mu padaku, budi pekerti yang bagus. Tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepada bagusnya budi pekerti selain Engkau. Dan jauhkanlah dariku kelakuan yang jahat.
Tidak ada yang dapat menjauhkannya kecuali Engkau. Aku junjung dan aku
turuti perintah Engkau. Semua kebaikan itu ada pada tangan-Mu, dan
kejahatan itu tidak kepada-Mu. Aku dengan-Mu dan kembali kepada-Mu.
Engkaulah yang Maha Memberkati dan Maha Mulia. Aku mohon ampun dan
bertobat kepada-Mu).
5. Membaca Surat al-Fatihah
Dibaca secara jelas dan perlahan yang sebelumnya berdo’a memohon perlindungan dengan membaca ta’awwudz, tanpa dikeraskan.
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“A’uudzu billaahi minasy syaithaanir rojiim”
Artinya:
(Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk).
Lalu dilanjutkan dengan membaca basmalah tanpa dikeraskan.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
"Bismillaahir-rohmaanir-rohiim"
Artinya:
(Atas nama Allah, Maha Pemurah, Maha Pengasih).
Kemudian diteruskan dengan membaca surat al-Fatihah:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ * الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ * مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ *إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ *اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ *صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ *
“Alhamdu lillaahi robbil 'aalamiin. Arrohmaanir rohiim. Maaliki Yaumiddiin. iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin. Ihdnash-shiro-thol mustaqiim. Shiro-tholladziina an'amta 'alaihim ghoiril maghdhuubi 'alaihim waladhdho-llin.”
Artinya:
(Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni'mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat).
Dan setelah itu membaca amin.
أمين
A-miin
Artinya:
(Kabulkanlah permohonanku)
6. Membaca salah satu surat dari Al Qur’an., Diantaranya:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ * اللَّهُ الصَّمَدُ * لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ* وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ *
Qul huwallaahu ahad. Allaahush shomad. Lam yalid walam yuulad. Walam yakul lahuu kufuwan ahad.
Artinya:
(Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia). (Qs. Al-Ikhlas [112] : 1-4)
Atau membaca:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ * فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ * إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأبْتَرُ *
“Innaa a'thoina-kal kautsar. Fasholli lirobbika wanhar. Inna syaaniaka huwal abtar.”
Artinya:
(Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni'mat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus) (Qs. Al-Kautsar [108] : 1-3)
Atau dapat juga membaca:
أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ *فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ *وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ *فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ *الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ * الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ * وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ *
Aro’aitalladzii yukadzdzibu biddiin. Fadzaalikal ladziiyadu'ul yatiim, Walaa yahudldlu 'alaa tho'aamil miskiin. Fawailul lil musholliin, alladziinahum 'an-sholaa tihim saahuun. Alladziinahum yuro-uuna wa yamna'uu nal maa'uun.
Artinya:
(Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya. dan enggan (menolong dengan) barang berguna).
Angkat kedua tangan seperti takbiratul ihram sambil bertakbir: “Allahu Akbar”, lalu ruku’lah dengan meratakan punggungmu dan lehermu, genggam kedua lututmu dengan kedua tanganmu. Sehingga sudut ruku’ diperkirakan 90 derajat bujur sangkar.
8. Membaca do’a Ruku’:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
"Subhaanaka Allaahumma robbanaa wa bihamdika Allaahummaghfirlii"
Artinya:
(Maha Suci Engkau, ya Allah. Dan dengan memuji engkau, ya Allah, aku memohon ampun).
Atau membaca:
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ
“Subhaana robbiyal ‘a-dhiim”
Artinya:
(Maha suci Tuhanku Yang Maha Agung).
Dapat juga membaca:
سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ
“Subbuuhun qudduusur robbul malaaikati war-uuh”
Artinya:
(Maha Suci, Maha Kudus, Tuhannya sekalian Malaikat dan Ruh (Jibril))
Keterangan:
Disaat ruku silahkan memilih salah satu dari ketiga bacaan diatas. Jika saat ruku’ kita membaca pilihan do’a yang pertama (Subhaanaka Allaahumma...), maka disaat sujud pun kita membaca bacaan yang sama, kecuali pada pilihan do’a yang kedua (subhaana robbiyal adhim), karena bacaan do’a sujudnya berbeda. Dan untuk bacaan subhaana robbiyal adhim, disini tidak memakai tambahan wa bihamdihi, karena tambahan tersebut, bersumber dari hadits dha’if, sementara yang bersumber dari hadits shahih tidak memiliki tambahan tersebut.
9. I’tidal (berdiri tegak)
Setelah ruku’ angkatlah kepala untuk berdiri tegak (i’tidal) dengan sempurna dan tenang (thuma’ninah), sambil mengangkat kedua tanganmu seperti dalam posisi takbiratul ihram,
lalu membaca tasbih:
سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
“Sami’allaahu liman hamidah”
Artinya:
(Allah mendengar orang yang memuji-Nya)
10. Membaca do’a Itidal
Dan bila sudah lurus berdiri maka berdo’alah sebagai berikut:
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
“Robbanaa wa lakal hamd.”
Artinya:
(Ya Tuhanku, dan segala puji bagi Engkau)
Selain bacaan i’tidal diatas ada juga bacaan/do’a lain yang dapat dibaca setelah membaca tasbih سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ saat berdiri tegak bangkit dari ruku, diantaranya:
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ
"Robbanaa wa lakal hamdu hamdan katsiron thoyyiban mubaarokan fiih",
Artinya:
(Ya Tuhanku, bagi-Mulah segala puji, pujian yang banyak, baik dan memberkati).
Atau membaca:
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءُ الْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
“Robbanaa lakal hamdu mil’us samaawa-ti wa mil‘ul-ardhi wa mil umaa syi'ta min syai’in ba'du".
Artinya:
(Tuhanku, bagi-Mu segala puji, sepenuh semua langit, sepenuh bumi dan sepenuh semua aoa yang Kau sukai dari sesuatu apapun).
Sambil mengucapkan takbir: “Allahu Akbar” (tanpa mengangkat tangan).
Letakkanlah kedua lututmu lalu
kedua telapak tangan, kemudian letakkan wajahmu, sehingga dahi dan
hidung menempel di tempat sujud.
Hadapkan ujung jari kakimu ke arah kiblat, dan renggankan kedua tanganmu dari ketiak dan lambung, serta angkat sikutmu dari lantai.
Perhatikan gambar posisi sujud dibawah ini!
12. Do’a Sujud
Lalu berdo’alah dalam sujudmu:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
"Subhaanaka Allaahumma robbanaa wa bihamdika Allaahummaghfirlii"
(Maha Suci Engkau, ya Allah. Dan dengan memuji engkau, ya Allah, aku memohon ampun).
Atau membaca:
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى
“Subhaana robbiyal a’laa”
(Maha suci Tuhanku Yang Maha Agung).
Atau membaca:
سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ
“Subbuuhun qudduusur robbul malaaikati war-ruuh"
(Maha Suci, Maha Kudus, Tuhannya sekalian Malaikat dan Ruh (Jibril))
13. Duduk diantara dua sujud.
Setelah membaca do’a sujud, kemudian angkatlah kepalamu sambil bertakbir: “Allahu Akbar”, lalu duduk dengan tenang.
14. Do’a duduk diantara dua sujud:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي
"Allaahummaghfirii- warhamnii wajburnii wahdinii warzuqnii"
Artinya:
(Ya Allah, ampunilah aku, belas kasihanilah aku, cukupilah aku, tunjukilah aku, dan berilah rezeki kepadaku).
15. Sujud Kedua.
Lalu sujudlah yang kedua kalinya dengan bertakbir: “Allahu Akbar” dan berdo’a seperti dalam sujud pertama.
16. Raka’at Kedua.
Kemudian angkatlah kepalamu dengan bertakbir: “Allahu Akbar”. Dan duduklah sebentar, lalu berdiri untuk raka’at yang kedua dengan menekankan tangan pada tanah.
Kerjakanlah dalam rakaat yang kedua ini sama dengan raka’at pertama, hanya saja tidak membaca do’a Iftitah, yakni langsung membaca surat al-Fatihah dan seterusnya.
سَمِعْتُ
أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُاكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذَا نَهَضَ مِنْ الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ اسْتَفْتَحَ
الْقِرَاءَةَ بِ - الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ - وَلَمْ يَسْكُتْ
"Dari Abu Hurayrah, bahwa jika
Rasulullah saw berdiri dari raka’at kedua, beliau tidak diam melainkan
memulai bacaan dengan “Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin”
Tasyahud Awwal.
Setelah sujud yang kedua kalinya pada raka’at kedua, maka bangunlah untuk duduk tasyahud awwal.
Duduklah diatas bentangan kaki kirimu, sementara telapak kaki kanan di tegakkan dengan jari kaki kanan menghadap qiblat.
Letakkanlah kedua tanganmu diatas
kedua lututmu lalu julurkan jari-jari tangan kirimu, sedangkan jari
tangan kananmu dalam posisi mengepal, yakni menggenggam jari kelingking,
jari manis dan jari tengah, serta mengacungkan jari telunjuk (seperti
menunjuk) dan ibu jari berada tepat diatas jari manismu.
Adapun kapan jari telunjuk
diacungkan, yaitu disaat kita mulai membaca do’a tasyahud sampai
selesai. Dan mengenai posisi duduk tasyahud awwal dapat dilihat pada
gambar berikut ini:
17. Lalu membaca tasyahud:
التَّحِيَّاتُ
لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا
النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى
عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ فَإِنَّكُمْ إِذَا قُلْتُمُوهَا أَصَابَتْ
كُلَّ عَبْدٍ لِلَّهِ صَالِحٍ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَشْهَدُ أَنْ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُولُهُ
"Attahiyyaatu lillaah wash-sholawaatu wath-thoyyibaat, assalaamu 'alaika ayyuhan nabiyyu wa rohmatullaahi wa barokaatuh. Assalaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish shoolihiin. Asyhadu allaa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhuuwa rosuuluh".
Artinya:
(Segala kehormatan, kebahagiaan, dan kebagusan adalah kepunyaaan Allah. Semoga keselamatan bagi engkau, ya Nabi Muhammad, beserta rahmat dan kebahagiaan Allah. Mudah-mudahan keselamatan juga bagi kita sekalian dan hamba-hamba Allah yang baik-baik. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba dan utusan-Nya).
18. Dilanjutkan dengan membaca Shalawat:
اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ
حَمِيدٌ مَجِيدٌ
"Allaahumma sholli 'alaa Muhammad wa 'alaa a-li Muhammad, kamaa shollaita 'alaa Ibro-hiim wa a-li Ibro-hiim, wa baarik 'alaa Muhammad wa a-li Mulhammad, kamaa baarokta 'alaa Ibraahiim wa a-li Ibro-iim, innaka hamiidum majiid"
Artinya:
(Ya Allah, limpahkanlah kemurahan-Mu kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Kau telah limpahkan kepada Ibrahim dan keluarganya. Berkahilah Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Kau telah berkahi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau yang Maha Terpuji dan Maha Mulia).
19. Lalu membaca do’a setelah shalawat:
اللَّهُمَّ
إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ
إِلَّا أَنْتَ فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِي إِنَّك
أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Allaahumma innii dholamtu nafsii dhulman katsiiran, wa laa yaghfirudz dzunuuba iliaa anta faghfirlii maglifiratan min 'indika warhamnii innaka antal ghafuu rurrahiim.”
Artinya:
(Ya Allah, aku sudah banyak menganiaya diriku, dan tiada yang dapat mengampuni dosa, selain Engkau. Maka ampunilah aku dan kasihanilah aku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengampun dan Penyayang).
20.Raka’at Ketiga dan Keempat
Kemudian berdirilah untuk rakaat yang ketiga kalau shalatmu itu tiga raka’at (maghrib) atau empat rakaat dengan bertakbir mengangkat tanganmu, seperti pada takbiratul ihram.
Ketika berdiri kamu cukup membaca Fatihah saja (tidak perlu membaca surat lain pada rakaat ketiga dan keempat).
21. Tasyahud Akhir
Setelah sujud kedua pada raka’at
terakhir, bangkitlah untuk duduk tasyahud akhir dengan memajukan kaki
kiri, sedang posisi kaki kanan sama dengan tasyahud awal (jari-jarinya
menghadap kiblat) dan dudukmu bertumpukan pantat.
Kemudian bacalah do’a tasyahud serta shalawat kepada Nabi. Bacaannya sama seperti pada waktu tasyahud awal.
22. Do’a Setelah Shalawat pada Tasyahud akhir
Setelah membaca shalawat pada tasyahud akhir maka berdo’a memohon perlindungan dengan membaca:
اللَّهُمَّ
إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ
الدَّجَّالِ
"Allaahumma innii a'uudzu bika min 'adzaabi jahannama wa min 'adzaabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaati wa min syarri fitnatil masiihid dajjaal".
Artinya:
(Ya Allah, aku berlindung kepada Engkau dari siksa Jahannam dan dari siksa qubur, begitu juga dari fitnah hidup dn mati, serta dari jahatnya fitnah Dajjal).
23.Salam
Kemudian bersalamlah dengan berpaling ke kanan dan kekiri,.
Sambil membaca:
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Assalaa-mu ‘alaikum wa rohmatullaahi wa barokaatuh
Artinya:
(Berbahagialah kamu sekalian dengan rahmat dan berkat Allah)
YANG PERLU DIPERHATIKAN:
- Tidak dibenarkan menambah-nambah gerakan atau bacaan didalam shalat kecuali berdasarkan dalil yang kuat.
- Semua gerakan shalat harus dilakukan dengan tenang dan sempurna (thuma’ninah), dan sesuai dengan tuntunan Nabi Saw.
- Bacaan al-Qur’an dalam shalat pun harus tartil dan jelas.
- Pada
saat salam tidak ada tuntunan dari Nabi Saw, mengibas telapak tangan
kanan saat salam ke kanan dan mengibas telapak tangan kiri saat salam ke
kiri. Bahkan Nabi Saw pernah melarang ada sahabat yang melakukan
demikian.
- Tidak ada perbedaan yang mendasar antara shalat pria dan wanita.
HR. Ibn. Majah, (795); Ibn. Hibban (179, 187); al-Baihaqiy, (137). Hadits ini berkualitas sahih lidzatihi.
HR. Bukhariy, (702), Imam Muslim, (940), al-Nasa’iy, (885), Abu Dawud, (663), Ibn Majah, Sunan (Iqamat al-Shalat wa al-Sunnah fiha, 797), Ahmad (6867, 10005), dan al-Darimiy, (1216). Hadits ini berkualitas shahih lidzatihi, sehingga dapat dipergunakan sebagai dalil.
HR. an-Nasai (895), al-Baihaqiy (Sunan al-Sughra, I: 251; Sunan al-Kubra, 11: 46), al-Daruquthni (Sunan, 1:305), al-Hakim (Syi'ar Ashab al-Hadis, 1:41), dan al-Haitsamiy, (1:125). Dan hadits ini juga dinukilkan dalam kitab Fath al-Bari karya Ibn Hajar al-'Asqalniy (II: 267). Hadits ini berkualitas shahih lidzatihi dan dapat dipakai sebagai dalil.
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhari (714), Muslim (595, 597), Tirmidzi (230), al-Nasa’iy (901, 902), Abu Dawud (700), dan Ibn Majah (828). Hadis ini berkualitas shahih, apalagi hadis ini juga diriwayatkan oleh Muslim dan para mukharrij hadis yang lain akan semakin menambah kekuatan hadis ini sebagai dalil.
HR. al-Bukhariy, (738), Muslim, (618), al-Tirmidzi, Sunan (al-Shalat: 232), al-Nasa’iy, (919), Abu Dawud, (801), Ibn Majah, (841), Ahmad ibn Hanbal (6946, 9541), Malik (182). Hadits ini berkualitas shahih dan dapat dipakai sebagai dalil.
HR. Bukhariy, (752, 775; 3955; 4585). Muslim, (746), Nasa’iy, (1110,1111), Abu Dawud, (743), dan Ahmad ibn Hanbal (23034). Hadits ini berkualitas shahih dan dapat dipakai sebagai dalil.
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Nasa’iy, (1036), Tirmidzi (243), Abu Dawud, (737), Ibn Majah, (878), Ahmad, (22175), dan Darimiy, (1273). Hadits ini berkulaitas shahih, kecuali riwayat Tirmidzi berkualitas hasan shahih, namun semuanya dapat dipakai sebagai dalil.
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim pada kitab Shahihnya (752), Al-Nasa’iy (1122), Abu Dawud (738), dan Ahmad ibn Hanbal (22934/ 23489, 23699, 23991, 24009, 24428, 25090). Hadits ini shahih dan bisa dipakai sebagai dalil.
Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari, (715, 751, 5786, 6174), Muslim, (602), Tirmidzi, (279), Nasa’iy, (873), Abu Dawud, (730), Ibn Majah, (1050), dan Ahmad ibn Hanbal (9260).
Diriwayatkan oleh al-Bukhariy (757), al-Nasa’iy (1052), Abu Dawud (654), Ahmad ibn Hanbal (18226), dan Malik (442). Hadits ini berkualitas shahih, dapat dipergunakan sebagai dalil.
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Nasa’iy (1077,1142), Tirmidzi (248), Abu Dawud (713), Ibn Majah (872), ad-Darimiy (1286), Ibn Khuzaimah (I:319), Ibn Hibban (V: 237), dan al-Baihaqiy(II: 98). Hadits ini berkualitas shahih.
Sumber dalil lihat footnote no.31
Sumber dalil lihat footnote no.32
Sumber dalil lihat footnote no.33
Hadis ini diriwayatkan oleh para imam ahli hadits, di antaranya adalah al-Bukhari yang meriwayatkan tujuh kali di dalam Shahih al-Bukhari (788, 791, 1127, 5762, 5794, 5853, 6833), Muslim (609), al-Tirmidzi (266, 1123), Nasa’iy sebanyak 10 kali (1150, 1151, 1152, 1153, 1154, 1155, 1156, 1157, 1158, 1281), Abu Dawud (825), Ibn Majah (889), Ahmad ibn Hanbal (3381, 3439, 3858), dan ad-Darimiy (1306, 1307). Hadis ini bernilai shahih lidzatihi dan dapat dipakai sebagai dalil.
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Syafi'iy dalam kitabnya al-Umm (Beirut, Dar al-Ma'rifah: 1393, Juz I, hal. 117) dengan sanadnya sendiri. Hadis ini berkualitas shahih.
Bacaan ini diriwayatkan oleh al-Bukhari (790, 5851, 6839), Muslim (4876), Tirmidzi (3454), Nasa’iy (1285), Ibn Majah (3825), dan Ahmad ibn Hanbal (8, 28). Hadits ini berkualitas shahih dan dapat dipakai sebagai dalil.